Oleh : S. Hani. N
SASTRA BANDINGAN
Sastra bandingan dalam
bahasa Arab disebut Adab Muqoron, Muqoron artinya perbandingan. Adab artinya sastra. Jadi Adab
Muqoron adalah perbandingan karya sastra yang satu dengan karya sastra yang
satu atau beberapa karya sastra lain, serta perbandingan karya sastra dengan
ekspresi manusia dalam bidang lain. Dalam kamus Websters, dikemukakan
bahwa sastra bandingan mempelajari hubungan timbal balik karya sastra dari dua
atau lebih kebudayaan nasional yang biasanya berlainan bahasa, dan terutama
pengaruh karya sastra yang satu terhadap karya sastra lain. Sedangkan menurut
Wellek dan Warren, Holman mengungkapkan, bahwa sastra bandingan adalah studi
sastra yang memiliki perbedaan bahasa dan asal negara dengan suatu tujuan untuk
mengetahui dan menganalisis hubungan dan pengaruhnya antara karya yang satu
terhadap karya yang lain, serta ciri-ciri yang dimilkinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa Adab Muqoron
atau sastra banding itu tidak hanya sekedar melakukan perbandingan antara satu
karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lain, tetapi juga bertujuan
untuk mencari tahu keterpengaruhan antara satu karya sastra terhadap karya
sastra lainnya. Hal ini tentunya sangat bermanfaat, salah satunya bisa
mengurangi peristiwa plagiatisme dalam pembuatan karya sastra.
Sastra bandingan adalah
pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri. Boleh
dikatakan teori apa pun bisa dimanfaatkan dalam penelitian sastra bandingan,
sesuai dengan obyek dan tujuan penelitiannya.
Ketika kita membandingkan dua karya
sastra yang berbeda bahasa dan asal negaranya juga berbeda tetapi temanya sama,
maka kita akan menemukan sisi keterpengaruhan antara satu karya terhadap karya
yang lain. Untuk mengetahuinya, kita bisa langsung melihat tahun kelahiran dari
masing-masing karya yang kita bandingkan. Yang tahun kelahirannya lebih dulu,
maka ialah yang mempengaruhi karya yang satunya yang lahir setelah karya
tersebut. Selain itu juga kita dapat menelusurinya dari segi historis. Dalam
segi ini kita memusatkan perhatian pada nilai-nilai historis yang
melatarbelakangi kaitan antara satu karya sastra dengan karya sastra lainnya.
Selain itu juga kita dapat menelaah kedua sastra yang dibandingkan itu dari
segi hubungan antara isi karya sastra dengan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan, agama/kepercayaan, dan hal-hal lain di luar pengetahuan tentang
kesusastraan yang bisa jadi berpengaruh di dalamnya.
Sesuai dengan latar belakang sejarahnya, sastra bandingan
bertujuan untuk menghapus pandangan sempit bahwa sastra nasional kitalah yang
lebih baik dari satu karya sastra nasional lainnya. Kajian yang melingkupi
berbagai kesusastraan ini akan menimbulkan kesadaran bahwa karya-karya sastra
yang ada, pada dasarnya tidak memiliki perbedaan, baik dalam mutu maupun status
satu sama lainnya. Setiap kelompok
masyarakat atau bangsa memiliki karya masing-masing yang sama-sama memiliki
nilai-nilai tertentu. Sastra bandingan yang mengkaji berbagai ragam budaya
sebagaimana yang tercermin dalam karya-karya sastra, juga bertujuan untuk
meluaskan wawasan seseorang mengenai hasil budaya berbagai bangsa dan menambah
pemahaman tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam karya-karya
tersebut.
Disamping itu, dalam suatu kajian sastra bandingan, tidak
semua unsur sastra dan budaya dalam karya-karya yang dibahas menunjukkan
persamaan-persamaannya. Ada unsur-unsur yang dapat diterima dan diserap dan ada
pula yang tidak. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh faktor
agama/kepercayaan, pandangan filsafat, ataupun kondisi sosial dan politik yang
mungkin melatarbelakangi berbagai persamaan dan perbedaan tersebut. Jadi sisi
orisinalitas suatu karya sastra itu dapat diketahui dan terlihat. Selain itu
juga sastra bandingan dimaksudkan untuk melihat perkembangan buah pikiran dalam
kehidupan manusia, bagaimana buah pikiran tersebut muncul dan meluas ke
berbagai tempat dan bangsa di dunia ini.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ini
memungkinkan suatu karya dapat tersebar dengan cepat dalam waktu yang singkat
ke seluruh belahan dunia kemudian memberi inspirasi bagi sastrawan lain untuk
menginovasikan atau memodifikasikan ke dalam beragam bentuk karya sastra baru
atau genre baru. Kecenderungan seperti ini
tentu saja bukan hanya menjadi milik zaman kini tetapi telah terjadi
sejak manusia mengadakan kontak satu sama lain, secara lisan maupun tertulis.
Karya Shakespeare dibaca di jepang dan diciptakan kembali oleh seniman Jepang,
dan kalau diperiksa dengan teliti ternyata drama Shakespeare itu diambil dari
khazanah sastra lain, dan sumber itupun ternyata pinjaman dari sastra lain
pula.
Sastrawan mempunyai kecenderungan untuk meminjam, langsung
atau tak langsung. Drama-drama Shakespeare yang dianggap sebagai tonggak sastra
dunia itu menurut beberapa pakar dianggap tidak ada yang asli, alias semuanya
pinjaman atau bahkan curian. Sumber curian itu bermacam-macam, mulai dari karya
sastra sampai teks kronik dan sejarah.
Kisah yang
sangat popular di kalangan rakyat adalah tema tentang ‘kasih tak sampai’ atau
cinta yang tak kesampaian, yang di kebudayaan barat dikenal luas sebagai kisah
Romeo dan Julia. Yang ternyata alur itu juga terdapat dalam kebudayaan dan
karya sastra negara-negara lain termasuk di Indonesia, dan sampai sekarang
masih menjadi sumber kretifitas yang takkan habis bagi para sastrawan.
Di Indonesia
kita mengenal novel roman Siti Nurbaya yang bersetting di daerah Minangkabau,
roman karya Marah Rusli ini dapat kita bandingkan dengan dengan drama karya
Shakespeare Romeo dan Julia. Di dunia Arab pun ada karya sastra dengan tema
yang sama pula, yaitu Laila Majnun.
Ketika
kita membandingkan karya sastra Arab dengan karya sastra Barat seperti pada Laila
Majnun dan Romeo and Juliet , maka kita akan menemukan kemiripan tema atau
bahkan sama. Kedua karya sastra ini lahir di negara yang berbeda, tentunya
dalam proses pembuatannya pun dipengaruhi oleh kebudayaan, kultur dan peraturan
yang dianut oleh si pengarang. Jika dilihat
dari segi waktu kemunculannya, mana yang lebih dulu muncul maka Laila Majnun
lah yang pertama kali muncul, buah karya dari Nidzami Ganjawi (1141-1209
M), seorang sastrawan yang berasal dari Azerbaijan. Kisah Laila Majnun yang tertulis pun banyak versinya, salah
satunya ada versi Iqbal Barakat. Ketika itu Laila Majnun sangat buming
karena kisah dan jalan ceritanya yang bisa dikatakan menarik dan agak
berlebihan juga sampai Thaha Husain pun meragukan keberadaannya. Sampai pada
abad ke-12 masuk ke Perancis lewat sastra Islam di Spanyol, dan ada kemungkinan
dipengaruhi cerita Laila Majnun itulah Shakespeare menulis Romeo and
Juliet. Sudah pasti dalam penulisannya dipengaruhi oleh kultur dan budaya
dimana Shakespeare sebagai penulis itu hidup.
Saat ini Indonesia sedang kebanjiran novel-novel terjemahan
Arab, seperti karya-karya Khalil Gibran, Najib Mahfudz dan Najib Kailani.
Misalnya Najib Kailani, beberapa karya sastranya sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia dan itu sangat memudahkan para pecinta novel Arab untuk
mengkonsumsinya, selain itu pula sangat bermanfaat bagi para Mahasiswa yang
berfokus pada kajian sastra Arab. Kita ambil satu contoh karya sastra dari
Najib Kailani, yaitu Novel ‘Rihlah Ilallah’. Novel tersebut menceritakan tentang
perjalanan seorang wanita muda Mesir yang harus bertahan dalam mengalami ujian
dan cobaan kehidupan ditengah rezim pemerintahan yang tidak adil dan banyak
konspirasi tersembunyi di dalamnya. Dalam novel tersebut juga diceritakan
tentang penangkapan aktivis Ikhwanul Muslimin yang ada di Mesir. Ternyata novel
ini diterjemahkan oleh sastrawan Indonesia yang pernah lama tinggal di Mesir,
yaitu Habiburrahman El-Shirazy. Jika kita melihat karya sastra dari
Habiburrahman El-Shirazy yang berlatar Mesir, maka akan terlihat sedikit
kemiripan dalam tema dan pemunculan tokoh. Di dalam novel ‘Rihlah Ilallah’
terdapat kisah cinta yang bisa dikatakan Islami, dan pemunculan tokoh wanita
Mesir yang karakternya hampir sempurna. Lalu di dalam novel Habiburrahman
misalnya Ayat-ayat Cinta, kita dapat menemukan tokoh Fahri yang karakternya
juga nyaris sempurna dan terlibat kisah cinta yang Islami juga. Pada karya
sastra Habiburrahman yang lain seperti ‘Bumi Cinta’ juga kita dapat menemukan
tokoh Ayyas yang juga nyaris sempurna, ia terlibat kisah cinta yang lagi-lagi
Islami. Ayyas yang tinggal di daerah Rusia yang notabene pergaulannya lumayan
bebas, tapi Ayyas dapat bertahan dan tidak terbawa arus. Oleh karena itu, bisa
disimpulkan bahwa Habiburrahman El-Shirazy sedikit banyak telah terpengaruh
oleh Najib Kailani dalam pembuatan karya-karya sastranya.
Demikianlah sekilas pembahasan tentang sastra bandingan
yang sedikit banyak membandingkan beberapa karya sastra yang diulas secara
sekilas.
No comments:
Post a Comment
Thank You ^_^