PENDAHULUAN
Secara garis besar, kesusastraan Arab di bagi menjadi dua bagian, yaitu prosa (an-Natsr) dan puisi (syi'r). Prosa adalah ungkapan atau tulisan yang tidak sama dengan Syi'r, ia tidak terkait dengan wazan atau qafiyah. Salah satu bentuk prosa yang sudah muncul sejak zaman Jahiliyah dahulu adalah Amtsal yang dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan peribahasa.
Peribahasa (amtsal) adalah ungkapan-ungkapan singkat yang bertujuan memberikan pengarahan dan bimbingan untuk pembinaan kepribadian dan akhlak. Amtsal pada Masa Jahiliyyah lebih mengggambarkan bangsa Arab yang hidup dalam keadaan yang penuh dengan kefanatikan terhadap kelompok dan suku. Pencipta amtsal yang terkenal pada masa ini adalah Aksam bin Saifi at-Tamimi, Qus bin Sa'idah al-Iyadi, dan Zuhair bin Abi Sulma.
Amtsal masa Islam lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat religius serta erfungsi berdasarkan pada al-Qur'an dan hadits. Tokoh yang terkenal pada masa ini ialah Ali bin Abi Talib dengan karyanya Nahj al-Balaghah. Adapun Amtsal pada masa Abbasiyah dan setelahnya lebih menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan filsafat sosial dan akhlak. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Ibnu al-Muqaffa (720-756).
Amtsal tidak hanya berfungsi sebagai sastra atau sebuah hiburan semata, tetapi amtsal juga dapat berfungsi dan sangat berguna dalam dakwah. Oleh karena itu, penulis akan membahashal tersebut dalam makalah singkat yang berjudul “Amtsal Arab dan Indonesia : Seni dan Fungsinya dalam Dakwah”.
PEMBAHASAN
Amtsal digunakan untuk menyerupakan keadaan atau peristiwa tertentu dengan keadaan atau peristiwa asal dimana matsal tersebut . Amtsal adalah kalimat singkat yang diucapkan pada keadaan atau peristiwa tertentu diucapkan.
Dalam sastra Indonesia amtsal ini sama dengan pribahasa atau pepatah. Secara bahasa, Al-Amtsāl merupakan bentuk jamak dari matsala, dalam bentuk matsala, mitsla, matsīl, sama dengan kata Syabaha, Syibha, Syabīh secara lafazh dan ma’na, yang berarti sama, serupa.[1]
Dalam khasanah sastra al-matsal berarti “ Suatu perkataan yang dihikayatkan dan berkembang apa yang dimaksudkan daripadanya, menserupakan keadaan yang dihikayatkan padanya dengan keadaan yang maksud itu dikatakan karenanya. Ini berarti penyerupaan (tasybih) sesuatu dengan sesuatu yang lain.[2]
2. Contoh Amtsal Arab dan Indonesia
Karakteristik amtsal arab yang sangat melekat adalah terkandungnya 4 unsur yaitu, ‘atifah (rasa/jiwa), khayal (imajinasi), fikrah (ide) dan, uslub (gaya bahasa). Di bawah ini terdapat beberapa contoh dari amtsal, di antaranya :
Pribahasa di atas memiliki kesamaan dengan pribahasa "Sedia payung sebelum hujan" yang merupakan sebuah pesan agar sebelum bertindak kita haruslah mempersiapkan sesuatu yang berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan.
Pribahasa di atas merupakan sebuah ungkapan di waktu kita diminta seseorang agar membantunya berupa uang atau bantuan yang lain, pada kita sendiri tidak mempunyai uang atau bantuan yang dapat diberikan.
Diriwayatkan bahwa ada seorang Arab mengutus anaknya untuk mencari untanya yang hilang, namun anaknya tak kunjung pulang, maka pergilah sang ayah untuk mencari anaknya tersebut pada bulan haram, ditengah perjalanan ia bertemu dengan seorang pemuda dan menemaninya, sang pemuda tersebut kemudian berkata: beberapa waktu lalu aku bertemu dengan seorang pemuda dengan ciri-ciri begini dan begini dan aku rampas pedang ini darinya, sang ayah pun berfikir dan melihat pedang tersebut, barulah ia sadar bahwa pemuda inilah yang membunuh anaknya, sang ayah pun menebas pemuda tadi hingga mati, ketika masyarakat mengetahui hal tersebut mereka mengatakan " mengapa kau membunuh di bulan haram, sang ayah berkata :
Diriwayatkan pula bahwa pada suatu musim panas seorang lelaki tua menikahi gadis muda yang cantik jelita, lelaki tadi memiliki begitu banyak unta dan kambing yang senantiasa memproduksi susu. Akan tetapi wanita ini tidak mencintai lelaki tua itu dan meminta untuk diceraikan, maka mereka pun bercerai. Wanita tadi akhirnya menikah dengan seorang pemuda yang tampan namun miskin, tidak punya kambing apalagi unta, pada musim dingin wanita tadi melihat sekawanan kambing milik lelaki tua mantan suaminya dan memohon agar diberikan susu dari kambing-kambing tersebut, namun lelaki tua itu menolak dan berkata :
Matsal di atas diucapkan kepada seorang yang telah menyia-nyiakan kesempatan dimasa lalu namun kini mengharapnya kembali.
Peribahasa Indonesia sudah sering digunakan oleh masyarakat. Keanekaragaman adat-istiadat, budaya, dan bahasa di negara Indonesia berpengaruh pada perbendaharaan kalimat, yaitu Peribahasa Indonesia. Berikut ini saya akan memberikan beberapa Peribahasa Indonesia beserta arti atau maknanya. Beberapa contoh amtsal atau peribahasa Indonesia:
Menang jadi arang, kalah jadi abu.
Kalah ataupun menang sama-sama menderita.
Bagaikan abu di atas tanggul.
Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh.
Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan.
Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita.
Adat pasang turun naik.
Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih berganti.
Membagi sama adil, memotong sama panjang.
Jika membagi maupun memutuskan sesuatu hendaknya harus adil dan tidak berat sebelah.
Air beriak tanda tak dalam.
Orang yang banyak bicara biasanya tak banyak ilmunya.
Air tenang menghanyutkan.
Orang yang kelihatannya pendiam, namun ternyata banyak menyimpan ilmu pengetahuan dalam pikirannya.
Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.
Sifat-sifat anak biasanya menurun dari sifat orangtuanya.
Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi.
Menuntut ilmu hendaknya sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil yang baik.
Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga.
Sepandai-pandainya manusia, suatu saat pasti pernah melakukan kesalahan juga.
Tong kosong nyaring bunyinya.
Orang sombong dan banyak bicara biasanya tidak berilmu.
Tong penuh tidak berguncang, tong setengah yang berguncang.
Orang yang berilmu tidak akan banyak bicara, tetapi orang bodoh biasanya banyak bicara seolah-olah tahu banyak hal.
Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
Karena kesalahan kecil, menghilangkan semua kebaikan yang telah diperbuat.
Bagaikan burung di dalam sangkar.
Seseorang yang merasa hidupnya dikekang.
Terbuat dari emas sekalipun, sangkar tetap sangkar juga.
Meskipun hidup dalam kemewahan tetapi terkekang, hati tetap merasa tersiksa juga.
Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh.
Seiya sekata dalam semua keadaan.
Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih.
Segala sesuatu dalam kehidupan bukan manusia yang menentukan.
Barangsiapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya.
Bermaksud mencelakakan orang lain, tetapi dirinya juga ikut terkena celaka.
Jauh di mata dekat di hati
Dua orang yang tetap merasa dekat meski tinggal berjauhan.
Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul.
Seberat apapun penderitaan orang yang melihat, masih lebih menderita orang yang mengalaminya.
3. Seni dan Fungsi Amtsal dalam Dakwah
Dakwah adalah pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia mengikuti Islam.[3] Berbicara mengenai dakwah Islam, maka akan sangat erat kaitannya dengan landasan atau pedoman dalam menjalankannya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Sangat dipastikan, dalam menyeru suatu kebenaran atau berdakwah, pastinya kita akan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an atu Hadits sebagai dalil penguat dari argumen dan kebenaran yang kita sampaikan.
Sejak permulaannya, Al-Qur’an diturunkan Allah SWT sebagai kitab dakwah. Yakni, ajakan untuk menuju Allah SWT dan mengikuti jejak Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw. Yang berarti, ajakan untuk menaati dan mengikuti ajaran agama Islam yang dikehendaki oleh Allah untuk diikuti oleh manusia. [4]
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar nabi Muhammad, salah satu sisi kemu’jizatannya yang paling besar adalah strukturnya jika ditilik dari ilmu sastra, isi dan kata yang membangkitkan perasaan dan semangat untuk mengeksplorasi arti dan pesan dibalik strukturnya, dan selalu mengundang para ilmuwan untuk mengkajinya. Tak heran jikalau Al-qur’an ini diturunkan pada bangsa yang begitu mencintai sastra. Sastra merupakan salah satu bentuk kehormatan mereka. Seorang pujangga sangat dihormati dan dikenal di masyarakat luas. Keadaan seperti ini tentulah sangat kondusif untuk berdakwah dengan seni atau sastra. Oleh karena itu, dengan kata lain demi perkembangan agama Islam, sastra Islam harus dilahirkan.
Tradisi menyebarkan agama Islam melalui seni adalah salah satu tradisi yang telah dipraktekkan sejak zaman Rasulullah saw. Pada masa jahiliyah sastra terutama dengan bentuk puisi berkembang dengan subur meskipun orasi juga sangat dikenal. Tetapi dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang amtsal (perumpamaan) dalam Al-qur’an.
Bagaimanapun, jika dakwah kita ingin diterima maka kita harus menyampaikan suatu kebenaran itu dengan cara yang mudah diterima juga. Seperti menyampaikan argumen kebenaran yang diperindah dengan suatu amtsal atau peribahasa, hal itu sangat membantu dalam penerimaan info yang hendak kita sampaikan. Karena hakikatnya, sebuah amtsal adalah sebuah perumpamaan, jadi jika kita menyampaikan sesuatu dengan didukung dengan perumpamaan , maka hal yang kita sampaikan akan menjadi lebih jelas sehingga mudah diterima oleh objek dakwah kita.
Sebagai contoh, firman Allah SWT ;
Artinya ; “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” QS. Al-Baqarah ; 261
Wajhu Syabah pada ayat di atas adalah “pertumbuhan yang berlipat-lipat”. Ada satu tasybihnya adalah kata matsal. Musyabbahnya adalah infaq atau shadaqah di jalan Allah. Sedangkan musyabbah bihnya adalah benih.[5]
Bagian Amsal dalam al-Qur’an dibagi menjadi 3 (tiga) macam, antara lain :[6]
a. Amtsal Musarrahah, adalah yang didalamnya dijelaskan dengan lafadz masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amsal seperti ini banyak ditemukan dalam al-qur’an, antara lain;
QS. Al-Baqarah [2] ; 17-20
مثلهم كمثل الذى استوقدنارا فلما أضاءت ماحوله, ذهب الله بنورهم وتركهم فى ظلمت لا يبصرون © صم بكم عمى فهم لا يرجعون © أوكصيب من السماء فيه ظلمت ورعد وبرق يجعلون أصبعهم فى ءاذانهم من الصواعق حذر الموت, والله محيط بالكفرين © يكاد البرق يخطف أبصرهم, كلما أضاءلهم مشوفيه وإذا أظلم عليهم قامو, ولوشاءالله لذهب بسمعهم وأبصرهم, إن الله على كل شيئ قدير©
Artinya ; ”Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api , Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta , Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati . dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
b. Amtsal Kaminah, yaitu yang didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamsil (pemisalan), tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada orang yang serupa dengannya. Untuk masal ini diantaranya:
Ayat-ayat yang senada dengan perkataan ; خير الأمور أوساطها (sebaik-baik urusan adalah pertengahannya), yaitu
Artinya ; mereka menjawab : ”mohonkanlah kepada tuhanmu untuk kami, agar dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu.” Musa menjawab: ”sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antar itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”. QS. Al-Baqarah ; 68
c. Amtsal Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai matsal. Adapun contohnya sebagai berikut :
”... أليس الصبح بقريب”
Artinya ; ”Bukankah subuh itu sudah dekat?.” (QS. Hud ; 81)
”... وعسى أن تكوهو شيئا وهو خيرلكم”
Artinya ; ”Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2] ; 216)
Beberapa amtsal atau perumpamaan yang dapat kita gunakan untuk berdakwah:
a. Perumpamaan tentang orang kafir.
QS. Al-Baqarah: 171. QS. Ibrahim: 18. QS. Ali-Imran: 117. QS. Al-Mudatsir:49-50. QS. Huud: 24. QS. Muhammad: 12. QS.
Dalam ayat-ayat tersebut Allah membuat perumpamaan tentang, menyeru Keimanan kepada orang kafir, amalan mereka, harta yang dinafkahkan orang kafir dalam kehidupan dunia, orang kafir yang berpaling dari peringatan Allah, makannya orang kafir didunia.
b. Perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.
QS. Al-Baqarah, 2: 23, 31. QS. Al-Isra’, 17: 88, 89, 99. QS. Al-Qasas, 28: 48. QS. Al-Anfal, 8: 31.
Ayat-ayat diatas menjelaskan tentang kebenaran akan al-qur’an,dimana ketika al-qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad diragukan, maka datangkanlah satu surat saja sama seperti al-Qur’an, maka mereka(orang-orang yang meragukannya) tidak akan sanggup walaupun dibantu oleh penolong-penolong yang lainnya selain Allah.
c. Perumpamaan tentang kehidupan dunia.
QS. Al-Hadid, 57: 20. QS. Yunus, 10: 24. QS. Al-Kahfi, 18: 45, 109. Dalam ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa kehidupan manusia di dunia sangat singkat digambarkan (diserupakan) dengan waktu turunnya air hujan dari langit yang juga singkat, dan ayat yang lainnya menggambarkan tentang dunia ini hanyalah sebuah permainan yang bersifat sementara dan tidak ada yang kekal didalamnya.
d. Perumpamaan orang yang bersedekah.
QS. Al-Baqarah, 2: 261,264, 265. Dalam ayat-ayat ini Allah mengumpamakan bagi orang-orang yang bersedekah dan menginfakkan hartanya dengak tidak menyebutkan apa yang merekan infakkan allah akan membalas segala kebaikan mereka yang diibaratkan seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai yang setiap tangkai itu ada seratus biji yang tumbuh, begitulah perumpamaan Allah memberikan balasan kepada hambanya yang berinfak dengan ikhlas.
e. Perumpamaan orang munafik
QS. Al-Baqarah, 2: 17, 26. QS. Al-Ankabut, 29: 41. QS. Muhammad, 47: 1-3. Dalam ayat-ayat ini Allah menceritakan perumpamaan orang-orang Munafik yang menyalakan api disekelilingnya., setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya yang menyinari mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan.
f. Sebaik-baik perkara adalah yang tidak berlebihan, adil dan seimbang
QS. Al-Baqarah, 2: 68. QS. Al-Furqan, 67. QS. Al-Isra: 110. QS. Al-Isra: 29. Dalam ayat-ayat ini Allah menjelaskan dengan suatu ungkapan “sebaik-baik perkara adalah tidak berlebihan , adil dan seimbang”
g. Menerima Balasan sesuai apa yang dikerjakan
QS. Al-Mudattsir: 38. QS. Ar-Rahman: 60. QS. Al-Isra; 84. QS. Al-Mukminun: 53. Dalam ayat-ayat tersebut walaupun tidak menggunakan lafazh tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat dalam ayat-ayat tersebut itu berlaku sebagai amtsal. Pada ayat-ayat tersebut Allah mengumpamakan balasan yang diterima seseorang itu sesuai dengan apa yang dikerjakannya.
4. Manfa’at Amtsal
a. Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk kongkrit yang dapat dirasakan atau difahami oleh indera manusia.
b. Menyingkapkan hakikat dari mengemukakan sesuatu yang tidak nampak menjadi sesuatu yang seakan-akan nampak.
c. Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam ungkapan yang padat, seperti dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah dalam ayat-ayat di atas.
d. Memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal
e. Menghindarkan diri dari perbuatan negatif
f. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt. banyak menyebut amtsal untuk peringatan dan supaya dapat diambil ibrahnya.
g. Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.[7]
KESIMPULAN
Amtsal merupakan salah satu prosa Arab yang dalam bahasa Indonesia disebut peribahasa. Amtsal digunakan untuk menyerupakan keadaan atau peristiwa tertentu dengan keadaan atau peristiwa asal dimana matsal tersebut .
Tradisi menyebarkan agama Islam melalui seni adalah salah satu tradisi yang telah dipraktekkan sejak zaman Rasulullah saw. Pada masa jahiliyah sastra terutama dengan bentuk puisi berkembang dengan subur meskipun orasi juga sangat dikenal.
Bagaimanapun, jika dakwah kita ingin diterima maka kita harus menyampaikan suatu kebenaran itu dengan cara yang mudah diterima juga. Seperti menyampaikan argumen kebenaran yang diperindah dengan suatu amtsal atau peribahasa, hal itu sangat membantu dalam penerimaan info yang hendak kita sampaikan. Karena hakikatnya, sebuah amtsal adalah sebuah perumpamaan, jadi jika kita menyampaikan sesuatu dengan didukung dengan perumpamaan , maka hal yang kita sampaikan akan menjadi lebih jelas sehingga mudah diterima oleh objek dakwah kita.
Tamsil (membuat amtsal) merupakan adalah salah satu metode Al-Qur’an dalam mengungkapkan berbagai penjelasan dan segi-segi kemukjizatannya. Banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang mengandung amtsal. Jika kita dapat mengambil pelajaran dari tiap-tiap ayat-ayat tersebut dan dapat kita terapkan dalam proses berdakwah sehingga nilai-nilai qur’ani dapat tertanam dalam jiwa, serta memberi manfaat dalam objek dakwah. Amtsal Qur’ani dapat memberikan motivasi pada pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan. Jelas hal ini amat penting dalam perkembangan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Kariim
Al- Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. 2009. Pustaka Litera AntarNusa: Bogor
Fadhlullah, Muhammmad Husain. Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an. 1997. Lentera Basritama : Jakarta
M. Munir. Metode Dakwah. 2003. Prenada Media : Jakarta
http://ghufron-salim.blogspot.com
http://ramlannarie.wordpress.com
Secara garis besar, kesusastraan Arab di bagi menjadi dua bagian, yaitu prosa (an-Natsr) dan puisi (syi'r). Prosa adalah ungkapan atau tulisan yang tidak sama dengan Syi'r, ia tidak terkait dengan wazan atau qafiyah. Salah satu bentuk prosa yang sudah muncul sejak zaman Jahiliyah dahulu adalah Amtsal yang dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan peribahasa.
Peribahasa (amtsal) adalah ungkapan-ungkapan singkat yang bertujuan memberikan pengarahan dan bimbingan untuk pembinaan kepribadian dan akhlak. Amtsal pada Masa Jahiliyyah lebih mengggambarkan bangsa Arab yang hidup dalam keadaan yang penuh dengan kefanatikan terhadap kelompok dan suku. Pencipta amtsal yang terkenal pada masa ini adalah Aksam bin Saifi at-Tamimi, Qus bin Sa'idah al-Iyadi, dan Zuhair bin Abi Sulma.
Amtsal masa Islam lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat religius serta erfungsi berdasarkan pada al-Qur'an dan hadits. Tokoh yang terkenal pada masa ini ialah Ali bin Abi Talib dengan karyanya Nahj al-Balaghah. Adapun Amtsal pada masa Abbasiyah dan setelahnya lebih menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan filsafat sosial dan akhlak. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Ibnu al-Muqaffa (720-756).
Amtsal tidak hanya berfungsi sebagai sastra atau sebuah hiburan semata, tetapi amtsal juga dapat berfungsi dan sangat berguna dalam dakwah. Oleh karena itu, penulis akan membahashal tersebut dalam makalah singkat yang berjudul “Amtsal Arab dan Indonesia : Seni dan Fungsinya dalam Dakwah”.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Amtsal
والأمثال هي جمل رصينة موجزة تشير إلى قصة أو حادثة يشبه بها حال الذى حكيت فيه بحال الذى قيلت لأجله
Amtsal digunakan untuk menyerupakan keadaan atau peristiwa tertentu dengan keadaan atau peristiwa asal dimana matsal tersebut . Amtsal adalah kalimat singkat yang diucapkan pada keadaan atau peristiwa tertentu diucapkan.
Dalam sastra Indonesia amtsal ini sama dengan pribahasa atau pepatah. Secara bahasa, Al-Amtsāl merupakan bentuk jamak dari matsala, dalam bentuk matsala, mitsla, matsīl, sama dengan kata Syabaha, Syibha, Syabīh secara lafazh dan ma’na, yang berarti sama, serupa.[1]
Dalam khasanah sastra al-matsal berarti “ Suatu perkataan yang dihikayatkan dan berkembang apa yang dimaksudkan daripadanya, menserupakan keadaan yang dihikayatkan padanya dengan keadaan yang maksud itu dikatakan karenanya. Ini berarti penyerupaan (tasybih) sesuatu dengan sesuatu yang lain.[2]
2. Contoh Amtsal Arab dan Indonesia
Karakteristik amtsal arab yang sangat melekat adalah terkandungnya 4 unsur yaitu, ‘atifah (rasa/jiwa), khayal (imajinasi), fikrah (ide) dan, uslub (gaya bahasa). Di bawah ini terdapat beberapa contoh dari amtsal, di antaranya :
قبل الرمى تملأ الكنائن
"Sebelum memanah penuhi dahulu busur-busur"
Pribahasa di atas memiliki kesamaan dengan pribahasa "Sedia payung sebelum hujan" yang merupakan sebuah pesan agar sebelum bertindak kita haruslah mempersiapkan sesuatu yang berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan.
ضعف الطالب والمطلوب
"Si peminta dan yang meminta lemah"
Pribahasa di atas merupakan sebuah ungkapan di waktu kita diminta seseorang agar membantunya berupa uang atau bantuan yang lain, pada kita sendiri tidak mempunyai uang atau bantuan yang dapat diberikan.
Diriwayatkan bahwa ada seorang Arab mengutus anaknya untuk mencari untanya yang hilang, namun anaknya tak kunjung pulang, maka pergilah sang ayah untuk mencari anaknya tersebut pada bulan haram, ditengah perjalanan ia bertemu dengan seorang pemuda dan menemaninya, sang pemuda tersebut kemudian berkata: beberapa waktu lalu aku bertemu dengan seorang pemuda dengan ciri-ciri begini dan begini dan aku rampas pedang ini darinya, sang ayah pun berfikir dan melihat pedang tersebut, barulah ia sadar bahwa pemuda inilah yang membunuh anaknya, sang ayah pun menebas pemuda tadi hingga mati, ketika masyarakat mengetahui hal tersebut mereka mengatakan " mengapa kau membunuh di bulan haram, sang ayah berkata :
سبق السيف العذل
"pedangku telah mendahului celaan kalian."
Diriwayatkan pula bahwa pada suatu musim panas seorang lelaki tua menikahi gadis muda yang cantik jelita, lelaki tadi memiliki begitu banyak unta dan kambing yang senantiasa memproduksi susu. Akan tetapi wanita ini tidak mencintai lelaki tua itu dan meminta untuk diceraikan, maka mereka pun bercerai. Wanita tadi akhirnya menikah dengan seorang pemuda yang tampan namun miskin, tidak punya kambing apalagi unta, pada musim dingin wanita tadi melihat sekawanan kambing milik lelaki tua mantan suaminya dan memohon agar diberikan susu dari kambing-kambing tersebut, namun lelaki tua itu menolak dan berkata :
الصيف ضيعت اللبن
"Musim panas yang lalu kau telah menyia-nyiakan susu yang aku beri"
Matsal di atas diucapkan kepada seorang yang telah menyia-nyiakan kesempatan dimasa lalu namun kini mengharapnya kembali.
Peribahasa Indonesia sudah sering digunakan oleh masyarakat. Keanekaragaman adat-istiadat, budaya, dan bahasa di negara Indonesia berpengaruh pada perbendaharaan kalimat, yaitu Peribahasa Indonesia. Berikut ini saya akan memberikan beberapa Peribahasa Indonesia beserta arti atau maknanya. Beberapa contoh amtsal atau peribahasa Indonesia:
Menang jadi arang, kalah jadi abu.
Kalah ataupun menang sama-sama menderita.
Bagaikan abu di atas tanggul.
Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh.
Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan.
Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita.
Adat pasang turun naik.
Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih berganti.
Membagi sama adil, memotong sama panjang.
Jika membagi maupun memutuskan sesuatu hendaknya harus adil dan tidak berat sebelah.
Air beriak tanda tak dalam.
Orang yang banyak bicara biasanya tak banyak ilmunya.
Air tenang menghanyutkan.
Orang yang kelihatannya pendiam, namun ternyata banyak menyimpan ilmu pengetahuan dalam pikirannya.
Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.
Sifat-sifat anak biasanya menurun dari sifat orangtuanya.
Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi.
Menuntut ilmu hendaknya sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil yang baik.
Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga.
Sepandai-pandainya manusia, suatu saat pasti pernah melakukan kesalahan juga.
Tong kosong nyaring bunyinya.
Orang sombong dan banyak bicara biasanya tidak berilmu.
Tong penuh tidak berguncang, tong setengah yang berguncang.
Orang yang berilmu tidak akan banyak bicara, tetapi orang bodoh biasanya banyak bicara seolah-olah tahu banyak hal.
Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
Karena kesalahan kecil, menghilangkan semua kebaikan yang telah diperbuat.
Bagaikan burung di dalam sangkar.
Seseorang yang merasa hidupnya dikekang.
Terbuat dari emas sekalipun, sangkar tetap sangkar juga.
Meskipun hidup dalam kemewahan tetapi terkekang, hati tetap merasa tersiksa juga.
Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh.
Seiya sekata dalam semua keadaan.
Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih.
Segala sesuatu dalam kehidupan bukan manusia yang menentukan.
Barangsiapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya.
Bermaksud mencelakakan orang lain, tetapi dirinya juga ikut terkena celaka.
Jauh di mata dekat di hati
Dua orang yang tetap merasa dekat meski tinggal berjauhan.
Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul.
Seberat apapun penderitaan orang yang melihat, masih lebih menderita orang yang mengalaminya.
3. Seni dan Fungsi Amtsal dalam Dakwah
Dakwah adalah pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia mengikuti Islam.[3] Berbicara mengenai dakwah Islam, maka akan sangat erat kaitannya dengan landasan atau pedoman dalam menjalankannya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Sangat dipastikan, dalam menyeru suatu kebenaran atau berdakwah, pastinya kita akan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an atu Hadits sebagai dalil penguat dari argumen dan kebenaran yang kita sampaikan.
Sejak permulaannya, Al-Qur’an diturunkan Allah SWT sebagai kitab dakwah. Yakni, ajakan untuk menuju Allah SWT dan mengikuti jejak Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw. Yang berarti, ajakan untuk menaati dan mengikuti ajaran agama Islam yang dikehendaki oleh Allah untuk diikuti oleh manusia. [4]
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar nabi Muhammad, salah satu sisi kemu’jizatannya yang paling besar adalah strukturnya jika ditilik dari ilmu sastra, isi dan kata yang membangkitkan perasaan dan semangat untuk mengeksplorasi arti dan pesan dibalik strukturnya, dan selalu mengundang para ilmuwan untuk mengkajinya. Tak heran jikalau Al-qur’an ini diturunkan pada bangsa yang begitu mencintai sastra. Sastra merupakan salah satu bentuk kehormatan mereka. Seorang pujangga sangat dihormati dan dikenal di masyarakat luas. Keadaan seperti ini tentulah sangat kondusif untuk berdakwah dengan seni atau sastra. Oleh karena itu, dengan kata lain demi perkembangan agama Islam, sastra Islam harus dilahirkan.
Tradisi menyebarkan agama Islam melalui seni adalah salah satu tradisi yang telah dipraktekkan sejak zaman Rasulullah saw. Pada masa jahiliyah sastra terutama dengan bentuk puisi berkembang dengan subur meskipun orasi juga sangat dikenal. Tetapi dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang amtsal (perumpamaan) dalam Al-qur’an.
Bagaimanapun, jika dakwah kita ingin diterima maka kita harus menyampaikan suatu kebenaran itu dengan cara yang mudah diterima juga. Seperti menyampaikan argumen kebenaran yang diperindah dengan suatu amtsal atau peribahasa, hal itu sangat membantu dalam penerimaan info yang hendak kita sampaikan. Karena hakikatnya, sebuah amtsal adalah sebuah perumpamaan, jadi jika kita menyampaikan sesuatu dengan didukung dengan perumpamaan , maka hal yang kita sampaikan akan menjadi lebih jelas sehingga mudah diterima oleh objek dakwah kita.
Sebagai contoh, firman Allah SWT ;
مثل الذين ينفقون أموالهم فى سبيل الله كمثل حبّة أنبتت سبع سنابل فى كل سنبلة مائة حبّة , والله يضعف لمن يشاء, والله سميع عليم
Artinya ; “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” QS. Al-Baqarah ; 261
Wajhu Syabah pada ayat di atas adalah “pertumbuhan yang berlipat-lipat”. Ada satu tasybihnya adalah kata matsal. Musyabbahnya adalah infaq atau shadaqah di jalan Allah. Sedangkan musyabbah bihnya adalah benih.[5]
Bagian Amsal dalam al-Qur’an dibagi menjadi 3 (tiga) macam, antara lain :[6]
a. Amtsal Musarrahah, adalah yang didalamnya dijelaskan dengan lafadz masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amsal seperti ini banyak ditemukan dalam al-qur’an, antara lain;
QS. Al-Baqarah [2] ; 17-20
مثلهم كمثل الذى استوقدنارا فلما أضاءت ماحوله, ذهب الله بنورهم وتركهم فى ظلمت لا يبصرون © صم بكم عمى فهم لا يرجعون © أوكصيب من السماء فيه ظلمت ورعد وبرق يجعلون أصبعهم فى ءاذانهم من الصواعق حذر الموت, والله محيط بالكفرين © يكاد البرق يخطف أبصرهم, كلما أضاءلهم مشوفيه وإذا أظلم عليهم قامو, ولوشاءالله لذهب بسمعهم وأبصرهم, إن الله على كل شيئ قدير©
Artinya ; ”Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api , Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta , Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati . dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
b. Amtsal Kaminah, yaitu yang didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamsil (pemisalan), tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada orang yang serupa dengannya. Untuk masal ini diantaranya:
Ayat-ayat yang senada dengan perkataan ; خير الأمور أوساطها (sebaik-baik urusan adalah pertengahannya), yaitu
قالواادع لنا ربك يبين لنا ما هي, قال إنه يقول إنها بقرة لافارض ولابكر, عوان بين ذلك, فافعلوا ما تؤمرون
Artinya ; mereka menjawab : ”mohonkanlah kepada tuhanmu untuk kami, agar dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu.” Musa menjawab: ”sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antar itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”. QS. Al-Baqarah ; 68
c. Amtsal Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai matsal. Adapun contohnya sebagai berikut :
”... أليس الصبح بقريب”
Artinya ; ”Bukankah subuh itu sudah dekat?.” (QS. Hud ; 81)
”... وعسى أن تكوهو شيئا وهو خيرلكم”
Artinya ; ”Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2] ; 216)
Beberapa amtsal atau perumpamaan yang dapat kita gunakan untuk berdakwah:
a. Perumpamaan tentang orang kafir.
QS. Al-Baqarah: 171. QS. Ibrahim: 18. QS. Ali-Imran: 117. QS. Al-Mudatsir:49-50. QS. Huud: 24. QS. Muhammad: 12. QS.
Dalam ayat-ayat tersebut Allah membuat perumpamaan tentang, menyeru Keimanan kepada orang kafir, amalan mereka, harta yang dinafkahkan orang kafir dalam kehidupan dunia, orang kafir yang berpaling dari peringatan Allah, makannya orang kafir didunia.
b. Perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.
QS. Al-Baqarah, 2: 23, 31. QS. Al-Isra’, 17: 88, 89, 99. QS. Al-Qasas, 28: 48. QS. Al-Anfal, 8: 31.
Ayat-ayat diatas menjelaskan tentang kebenaran akan al-qur’an,dimana ketika al-qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad diragukan, maka datangkanlah satu surat saja sama seperti al-Qur’an, maka mereka(orang-orang yang meragukannya) tidak akan sanggup walaupun dibantu oleh penolong-penolong yang lainnya selain Allah.
c. Perumpamaan tentang kehidupan dunia.
QS. Al-Hadid, 57: 20. QS. Yunus, 10: 24. QS. Al-Kahfi, 18: 45, 109. Dalam ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa kehidupan manusia di dunia sangat singkat digambarkan (diserupakan) dengan waktu turunnya air hujan dari langit yang juga singkat, dan ayat yang lainnya menggambarkan tentang dunia ini hanyalah sebuah permainan yang bersifat sementara dan tidak ada yang kekal didalamnya.
d. Perumpamaan orang yang bersedekah.
QS. Al-Baqarah, 2: 261,264, 265. Dalam ayat-ayat ini Allah mengumpamakan bagi orang-orang yang bersedekah dan menginfakkan hartanya dengak tidak menyebutkan apa yang merekan infakkan allah akan membalas segala kebaikan mereka yang diibaratkan seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai yang setiap tangkai itu ada seratus biji yang tumbuh, begitulah perumpamaan Allah memberikan balasan kepada hambanya yang berinfak dengan ikhlas.
e. Perumpamaan orang munafik
QS. Al-Baqarah, 2: 17, 26. QS. Al-Ankabut, 29: 41. QS. Muhammad, 47: 1-3. Dalam ayat-ayat ini Allah menceritakan perumpamaan orang-orang Munafik yang menyalakan api disekelilingnya., setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya yang menyinari mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan.
f. Sebaik-baik perkara adalah yang tidak berlebihan, adil dan seimbang
QS. Al-Baqarah, 2: 68. QS. Al-Furqan, 67. QS. Al-Isra: 110. QS. Al-Isra: 29. Dalam ayat-ayat ini Allah menjelaskan dengan suatu ungkapan “sebaik-baik perkara adalah tidak berlebihan , adil dan seimbang”
g. Menerima Balasan sesuai apa yang dikerjakan
QS. Al-Mudattsir: 38. QS. Ar-Rahman: 60. QS. Al-Isra; 84. QS. Al-Mukminun: 53. Dalam ayat-ayat tersebut walaupun tidak menggunakan lafazh tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat dalam ayat-ayat tersebut itu berlaku sebagai amtsal. Pada ayat-ayat tersebut Allah mengumpamakan balasan yang diterima seseorang itu sesuai dengan apa yang dikerjakannya.
4. Manfa’at Amtsal
a. Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk kongkrit yang dapat dirasakan atau difahami oleh indera manusia.
b. Menyingkapkan hakikat dari mengemukakan sesuatu yang tidak nampak menjadi sesuatu yang seakan-akan nampak.
c. Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam ungkapan yang padat, seperti dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah dalam ayat-ayat di atas.
d. Memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal
e. Menghindarkan diri dari perbuatan negatif
f. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt. banyak menyebut amtsal untuk peringatan dan supaya dapat diambil ibrahnya.
g. Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.[7]
KESIMPULAN
Amtsal merupakan salah satu prosa Arab yang dalam bahasa Indonesia disebut peribahasa. Amtsal digunakan untuk menyerupakan keadaan atau peristiwa tertentu dengan keadaan atau peristiwa asal dimana matsal tersebut .
Tradisi menyebarkan agama Islam melalui seni adalah salah satu tradisi yang telah dipraktekkan sejak zaman Rasulullah saw. Pada masa jahiliyah sastra terutama dengan bentuk puisi berkembang dengan subur meskipun orasi juga sangat dikenal.
Bagaimanapun, jika dakwah kita ingin diterima maka kita harus menyampaikan suatu kebenaran itu dengan cara yang mudah diterima juga. Seperti menyampaikan argumen kebenaran yang diperindah dengan suatu amtsal atau peribahasa, hal itu sangat membantu dalam penerimaan info yang hendak kita sampaikan. Karena hakikatnya, sebuah amtsal adalah sebuah perumpamaan, jadi jika kita menyampaikan sesuatu dengan didukung dengan perumpamaan , maka hal yang kita sampaikan akan menjadi lebih jelas sehingga mudah diterima oleh objek dakwah kita.
Tamsil (membuat amtsal) merupakan adalah salah satu metode Al-Qur’an dalam mengungkapkan berbagai penjelasan dan segi-segi kemukjizatannya. Banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang mengandung amtsal. Jika kita dapat mengambil pelajaran dari tiap-tiap ayat-ayat tersebut dan dapat kita terapkan dalam proses berdakwah sehingga nilai-nilai qur’ani dapat tertanam dalam jiwa, serta memberi manfaat dalam objek dakwah. Amtsal Qur’ani dapat memberikan motivasi pada pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan. Jelas hal ini amat penting dalam perkembangan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Kariim
Al- Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. 2009. Pustaka Litera AntarNusa: Bogor
Fadhlullah, Muhammmad Husain. Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an. 1997. Lentera Basritama : Jakarta
M. Munir. Metode Dakwah. 2003. Prenada Media : Jakarta
http://ghufron-salim.blogspot.com
http://ramlannarie.wordpress.com
تراثنا الأدبى . ابراهم على أبو الحشب و محمد عبد المنعم خفاجى. دار الطباعة المحمديه
No comments:
Post a Comment
Thank You ^_^