Monday, October 3, 2016

Tanya Jawab Kritik Sastra (Naqd Arabi)



Oleh : S. Hani. N
1. Di dalam literatur sastra Indonesia, dikenal sastra kitab dan sastra adab. Apa yang dimaksud dengan dua jenis sastra ini dan apa hubungannya dengan pengertian sastra yang kita kenal?
Jawaban:  Sastra kitab adalah buku keislaman klasik abad ke-16 dan 17, produk intelektual dan sastrawan Indonesia seperti Hamzah Fansuri, Bukhari al-Jauhari, Syaikh Yusuf Makassari dan lain-lain. Sastra kitab merupakan jenis sastra yang mencakup satu bidang yang sangat luas. Ilmu yang terdapat didalamnya adalah ilmu kalam, ilmu fiqh, ilmu tasawuf, dan sebagainya. Ilmu tasawuf adalah bagian terpenting dalam sastra kitab. Hal ini dikarenakan ahli tasawuf atau sufi dapat menyesuaikan ajaran Islam kepada tingkat kepahaman masyarakat setempat. Sastra Adab adalah sastra kitab yang berisi etika politik yang sebagiannya menggunakan bahasa sastra. Kedua jenis sastra tersebut berhubungan dengan pengertian sastra yang kita kenal. Secara makna etimologis (bahasa) dan terminologis (istilah), sastra dalam literatur Arab terkait dengan pendidikan, pikiran, dan etika. Dan makna tersebut juga terjadi dalam bahasa Indonesia. Sastra berasal dari
bahasa Sansekerta dari kata sas yang berarti mengajar, mengarahkan, memberi petunjuk, dan tra  yang artinya alat atau sarana. Bahkan hingga saat ini, sastra dalam bahasa Indonesia bukan saja berarti bahasa yang indah, tetapi juga bahasa yang dipakai dalam kitab klasik dan kata sastrawan disamping artinya ahli sastra dan pujangga, juga berarti kaum cendekia.
2. Salah satu jenis sastra yang dikenal adalah adalah sastra populer. Apakah yang dimaksud jenis sastra ini dan apa hubungannya sastra ini dengan kekuatan ekonomi?
Jawaban: Sastra populer adalah sastra yang diciptakan pengarangnya lebih ditujukan untuk memenuhi tuntutan pasar kelas sosial menengah ke bawah saja, atau sering juga disebut sastra yang tidak mengandung pikiran yang baik. Karena   sastra yang ideal bukan saja seni yang hanya mengeksploitasi bahasa sebagai medianya, tetapi juga harus mengandung aspek estetika atau keindahan makna, baik dalam arti imajinasi, rasa, dan juga pikiran (filsafat). Karena itu, sastra yang tidak mengandung aspek-aspek tersebut dianggap rendah. Sebuah sastra dikatakan baik atau berkualitas adalah ketika karya sastra tersebut dibaca oleh pembaca sastra , maka pembaca tersebut tidak akan langsung bisa memahami maksud atau pesan si pengarang yang tertuang dalam karya sastra tersebut, ia membutuhkan waktu untuk berpikir dan mencerna apa maksud dari karya sastra tersebut. Hal itu terjadi karena bahasa kesastraan yang digunakan oleh si pengarang tingkatannya tinggi, ia memiliki selera berkonotasi dalam bahasa sastra yang bagus. Semakin tinggi nilai sastra pada sebuah karya sastra, maka semakin tinggi pula nilai jualnya. Sedangkan seperti yang kita tahu, kondisi perekonomian masyarakat di Indonesia tidak merata, lebih didominasi oleh masyarakat dengan ekonomi tingkat menengah ke bawah. Dengan keadaan perekonomian yang seperti itu, ketika seseorang ingin mendapatkan hiburan dengan cara menikmati sebuah karya sastra, ia pasti akan lebih memilih untuk membeli karya sastra misalnya novel yang harganya tidak mahal bahkan murah agar  terjangkau oleh sakunya. Sebuah karya sastra yang dijual dengan harga murah berarti sastra yang ringan, maksudnya adalah sastra tersebut kurang berbobot dan berkualitas, hanya membicarakan hal-hal ringan saja sehingga mudah dicerna, seperti novel-novel dengan tema percintaan dan romantis sangat laris di kalangan remaja. Terkadang tingkat pendidikan yang rendah yang disebabkan oleh keadaan perekonomian yang kurang menguntungkan itu juga berpengaruh kepada selera sastra orang tersebut, karena untuk memahami sebuah karya sastra dengan nilai sastra tinggi dan dijual dengan harga tinggi juga, maka orang tersebut akan cenderung malas karena yang ia pikirkan ya untuk apa membeli karya sastra yang mahal dan sulit untuk dicerna. Jadi, kurang lebih seperti itulah hubungan antara sastra populer dengan keadaan perekonomian masyarakat khususnya di Indonesia.
3. Apa yang anda ketahui tentang bentuk-bentuk puisi bebas, dan mengapa bentuk puisi ini lahir dalam sejarah Arab?
Jawaban: Puisi bebas merupakan salah satu bentuk dari puisi Arab. Puisi bebas Arab (asy-syi’r al-hurr) adalah puisi yang tidak terikat prosodi/matra gaya lama atau arud (wazan/bahr) dan qafiyah, yang secara bentuk terkadang mendekati gaya prosa sastra dan enjambemen (susunan baris)-nya tidak dalam bentuk qasidah (dua baris sejajar), tetapi tersusun ke bawah. Jenis puisi ini tidak terikat oleh  qafiyah serta ‘arud  dan itu artinya mendekati prosa, maka dalam sastra Arab, puisi bebas ini disebut juga dengan al-qasidah an-nasariyyah (sajak keprosa-prosaan), as-syi’r al-mansur (puisi yang diprosakan), dan an-nasar as-syi’ri (prosa liris). Secara umum, puisi bebas terbagi tiga : pertama, puisi yang menggunakan satu bahr tertentu dalam satu baris (satr)-nya sementara dalam baris berikutnya menggunakan bahr lain. Kedua, jenis puisi yang mengandung satu taf’ilah (kaki sajak) berdasarkan jenis bahr tertentu yang hanya memiliki satu jenis taf’ilah , yaitu bahr kamil, ramal, rajaz, mutaqarib, khafif dan wafir. Ketiga, puisi yang memamng benar-benar tidak lagi terikat sama sekali oleh satu qafiyah, satu bahr, dan satu taf’ilah sekalipun dalam setiap bait-baitnya. Kelahiran puisi bebas inipun berbeda-beda pendapat tentang siapa sesungguhnya pelopor munculnya puisi jenis ini di tanah Arab. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan lahirnya puisi bebas Arab ini. Pertama, kecendrungan romantis dan realis puisi Arab modern yang mendorong agar puisi yang dicipta lebih berbobot, karena menyahuti lirik individual dan sosial dan juga mengandung gagasan-gagasan filosofis dan simbolik. Dan hal ini terhambat oleh adanya ikatan ‘arud (matra lama arab). Kedua, kecendrungan para penyair modern Arab untuk memegang teguh prinsip licencia poetica (kebebasan berkarya) bagi  penyair.      
4. Salah satu bentuk prosa sastra Arab klasik adalah Maqomat, pidato dan biografi. Jelaskan 2 saja dari ketiga hal itu!
Jawaban: Maqamat adalah cerita pendek yang lahir pada masa Abbasiyah yang mengisahkan seorang atau kelompok tertentu yang disampaikan oleh seorang penutur yang menggunakan gaya bahasa yang unik, khususnya saja’ pendek (kesesuaian akhir kata dalam kalimat-kalimatnya yang pendek), yang berisi nasihat atau kritik yang diselingi hal-hal lucu. Biografi adalah sastra nonimajinatif yang isinya menceritakan kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang dan itu ditulis oleh orang lain. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau wafat dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut. Dalam biografi tersebut dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh sejak kecil sampai tua, bahkan sampai meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan segala hal yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh pun dijelaskan juga.
5. Kritik sastra adalah tafsir atas karya sastra. Mengapa karya sastra membutuhkan tafsir?
Jawaban: Kritik sastra sebagai tafsir karya satra, maksudnya kritik sastra merupakan pengkajian terhadap karya sastra yang menganalisis dan menjelaskannya agar bisa dipahami dan dinikmati pembaca dan kemudian menilainya secara objektif. Kritik sastra merupakan kajian yang memperbincangkan tentang pemahaman, penghayatan, penafsiran, dan penilaian terhadap karya sastra.  Karya sastra membutuhkan tafsir karena karya sastra terutama puisi, sering kali menggunakan bahasa-bahasa padat dan simbolik di mana makna yang dimaksud sastrawan adalah bukan makna yang tersurat tetapi yang tersirat. Dan dalam bentuk karya sastra lain, selain ada karya sastra popular yang bahasanya ringan, ada juga yang disebut karya sastra filosofis yang menampilkan isi sastra yang sulit dipahami oleh pembaca biasa atau pemula. Bahkan, mengingat dalam semua sastra, khususnya prosa memiliki unsur imajinasi, rasa, latar, tokoh dan alur, maka sebagian besar karya sastra memerlukan kritik untuk menjelaskan bagian-bagian itu. Karena sebenarnya karya sastra adalah interpretasi subjektif seorang sastrawan yang tidak mudah dipahami dan hal itu harus dikritik secara objektif oleh kritikus sastra. Selain itu kritik sastra juga berfungsi untuk meluruskan kekeliruan yang ada di dalamnya baik dalam segi kaidah-kaidah bahasa, logika, moral, teori sastra dan estetikanya sehingga dapat membantu sastrawan pemula dalam meningkatkan karya sastranya sehingga menjadi sastrawan besar.

No comments:

Post a Comment

Thank You ^_^