Oleh : S. Hani. N
1. Di dalam literatur sastra Indonesia, dikenal sastra kitab dan sastra
adab. Apa yang dimaksud dengan dua jenis sastra ini dan apa hubungannya dengan
pengertian sastra yang kita kenal?
Jawaban: Sastra kitab adalah buku keislaman klasik
abad ke-16 dan 17, produk intelektual dan sastrawan Indonesia seperti Hamzah
Fansuri, Bukhari al-Jauhari, Syaikh Yusuf Makassari dan lain-lain. Sastra kitab
merupakan jenis sastra yang mencakup satu bidang yang sangat luas. Ilmu yang
terdapat didalamnya adalah ilmu kalam, ilmu fiqh, ilmu tasawuf, dan sebagainya.
Ilmu tasawuf adalah bagian terpenting dalam sastra kitab. Hal ini dikarenakan
ahli tasawuf atau sufi dapat menyesuaikan ajaran Islam kepada tingkat kepahaman
masyarakat setempat. Sastra Adab adalah sastra kitab yang berisi etika
politik yang sebagiannya menggunakan bahasa sastra. Kedua jenis sastra tersebut
berhubungan dengan pengertian sastra yang kita kenal. Secara makna etimologis
(bahasa) dan terminologis (istilah), sastra dalam literatur Arab terkait dengan
pendidikan, pikiran, dan etika. Dan makna tersebut juga terjadi dalam bahasa
Indonesia. Sastra berasal dari
bahasa Sansekerta dari kata sas yang berarti mengajar, mengarahkan, memberi petunjuk, dan tra yang artinya alat atau sarana. Bahkan hingga saat ini, sastra dalam bahasa Indonesia bukan saja berarti bahasa yang indah, tetapi juga bahasa yang dipakai dalam kitab klasik dan kata sastrawan disamping artinya ahli sastra dan pujangga, juga berarti kaum cendekia.
bahasa Sansekerta dari kata sas yang berarti mengajar, mengarahkan, memberi petunjuk, dan tra yang artinya alat atau sarana. Bahkan hingga saat ini, sastra dalam bahasa Indonesia bukan saja berarti bahasa yang indah, tetapi juga bahasa yang dipakai dalam kitab klasik dan kata sastrawan disamping artinya ahli sastra dan pujangga, juga berarti kaum cendekia.
2. Salah satu jenis sastra yang dikenal adalah adalah sastra populer.
Apakah yang dimaksud jenis sastra ini dan apa hubungannya sastra ini dengan
kekuatan ekonomi?
Jawaban: Sastra populer adalah sastra yang diciptakan pengarangnya
lebih ditujukan untuk memenuhi tuntutan pasar kelas sosial menengah ke bawah
saja, atau sering juga disebut sastra yang tidak mengandung pikiran yang baik.
Karena sastra yang ideal bukan saja seni yang
hanya mengeksploitasi bahasa sebagai medianya, tetapi juga harus mengandung
aspek estetika atau keindahan makna, baik dalam arti imajinasi, rasa, dan juga
pikiran (filsafat). Karena itu, sastra yang tidak mengandung aspek-aspek
tersebut dianggap rendah. Sebuah sastra dikatakan baik atau berkualitas adalah
ketika karya sastra tersebut dibaca oleh pembaca sastra , maka pembaca tersebut
tidak akan langsung bisa memahami maksud atau pesan si pengarang yang tertuang
dalam karya sastra tersebut, ia membutuhkan waktu untuk berpikir dan mencerna
apa maksud dari karya sastra tersebut. Hal itu terjadi karena bahasa kesastraan
yang digunakan oleh si pengarang tingkatannya tinggi, ia memiliki selera
berkonotasi dalam bahasa sastra yang bagus. Semakin tinggi nilai sastra pada
sebuah karya sastra, maka semakin tinggi pula nilai jualnya. Sedangkan seperti
yang kita tahu, kondisi perekonomian masyarakat di Indonesia tidak merata,
lebih didominasi oleh masyarakat dengan ekonomi tingkat menengah ke bawah.
Dengan keadaan perekonomian yang seperti itu, ketika seseorang ingin
mendapatkan hiburan dengan cara menikmati sebuah karya sastra, ia pasti akan
lebih memilih untuk membeli karya sastra misalnya novel yang harganya tidak
mahal bahkan murah agar terjangkau oleh
sakunya. Sebuah karya sastra yang dijual dengan harga murah berarti sastra yang
ringan, maksudnya adalah sastra tersebut kurang berbobot dan berkualitas, hanya
membicarakan hal-hal ringan saja sehingga mudah dicerna, seperti novel-novel
dengan tema percintaan dan romantis sangat laris di kalangan remaja. Terkadang
tingkat pendidikan yang rendah yang disebabkan oleh keadaan perekonomian yang
kurang menguntungkan itu juga berpengaruh kepada selera sastra orang tersebut,
karena untuk memahami sebuah karya sastra dengan nilai sastra tinggi dan dijual
dengan harga tinggi juga, maka orang tersebut akan cenderung malas karena yang
ia pikirkan ya untuk apa membeli karya sastra yang mahal dan sulit untuk
dicerna. Jadi, kurang lebih seperti itulah hubungan antara sastra populer
dengan keadaan perekonomian masyarakat khususnya di Indonesia.
3. Apa yang anda ketahui tentang bentuk-bentuk puisi bebas, dan mengapa
bentuk puisi ini lahir dalam sejarah Arab?
Jawaban: Puisi bebas merupakan salah satu bentuk dari puisi Arab. Puisi
bebas Arab (asy-syi’r al-hurr) adalah puisi yang tidak terikat
prosodi/matra gaya lama atau arud (wazan/bahr) dan qafiyah,
yang secara bentuk terkadang mendekati gaya prosa sastra dan enjambemen
(susunan baris)-nya tidak dalam bentuk qasidah (dua baris sejajar),
tetapi tersusun ke bawah. Jenis puisi ini tidak terikat oleh qafiyah serta ‘arud dan itu artinya mendekati prosa, maka dalam
sastra Arab, puisi bebas ini disebut juga dengan al-qasidah an-nasariyyah
(sajak keprosa-prosaan), as-syi’r al-mansur (puisi yang diprosakan), dan
an-nasar as-syi’ri (prosa liris). Secara umum, puisi bebas terbagi tiga :
pertama, puisi yang menggunakan satu bahr tertentu dalam satu baris (satr)-nya
sementara dalam baris berikutnya menggunakan bahr lain. Kedua, jenis
puisi yang mengandung satu taf’ilah (kaki sajak) berdasarkan jenis bahr
tertentu yang hanya memiliki satu jenis taf’ilah , yaitu bahr kamil,
ramal, rajaz, mutaqarib, khafif dan wafir. Ketiga, puisi yang
memamng benar-benar tidak lagi terikat sama sekali oleh satu qafiyah,
satu bahr, dan satu taf’ilah sekalipun dalam setiap bait-baitnya.
Kelahiran puisi bebas inipun berbeda-beda pendapat tentang siapa sesungguhnya
pelopor munculnya puisi jenis ini di tanah Arab. Ada beberapa faktor yang
mengakibatkan lahirnya puisi bebas Arab ini. Pertama, kecendrungan romantis dan
realis puisi Arab modern yang mendorong agar puisi yang dicipta lebih berbobot,
karena menyahuti lirik individual dan sosial dan juga mengandung
gagasan-gagasan filosofis dan simbolik. Dan hal ini terhambat oleh adanya
ikatan ‘arud (matra lama arab). Kedua, kecendrungan para penyair modern
Arab untuk memegang teguh prinsip licencia poetica (kebebasan berkarya)
bagi penyair.
4. Salah satu bentuk prosa sastra Arab klasik adalah Maqomat, pidato dan
biografi. Jelaskan 2 saja dari ketiga hal itu!
Jawaban: Maqamat adalah cerita pendek yang lahir pada masa Abbasiyah yang
mengisahkan seorang atau kelompok tertentu yang disampaikan oleh seorang
penutur yang menggunakan gaya bahasa yang unik, khususnya saja’ pendek
(kesesuaian akhir kata dalam kalimat-kalimatnya yang pendek), yang berisi
nasihat atau kritik yang diselingi hal-hal lucu. Biografi adalah sastra
nonimajinatif yang isinya menceritakan kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang dan itu ditulis oleh orang
lain. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau
wafat dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang
perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut. Dalam
biografi tersebut dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh sejak kecil
sampai tua, bahkan sampai meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan segala hal
yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh pun dijelaskan juga.
5. Kritik sastra adalah tafsir atas karya sastra. Mengapa karya sastra
membutuhkan tafsir?
Jawaban: Kritik sastra sebagai tafsir karya satra, maksudnya kritik
sastra merupakan pengkajian terhadap karya sastra yang menganalisis dan
menjelaskannya agar bisa dipahami dan dinikmati pembaca dan kemudian menilainya
secara objektif. Kritik sastra merupakan kajian yang memperbincangkan tentang
pemahaman, penghayatan, penafsiran, dan penilaian terhadap karya sastra. Karya sastra membutuhkan tafsir karena karya
sastra terutama puisi, sering kali menggunakan bahasa-bahasa padat dan simbolik
di mana makna yang dimaksud sastrawan adalah bukan makna yang tersurat tetapi
yang tersirat. Dan dalam bentuk karya sastra lain, selain ada karya sastra
popular yang bahasanya ringan, ada juga yang disebut karya sastra filosofis
yang menampilkan isi sastra yang sulit dipahami oleh pembaca biasa atau pemula.
Bahkan, mengingat dalam semua sastra, khususnya prosa memiliki unsur imajinasi,
rasa, latar, tokoh dan alur, maka sebagian besar karya sastra memerlukan kritik
untuk menjelaskan bagian-bagian itu. Karena sebenarnya karya sastra adalah
interpretasi subjektif seorang sastrawan yang tidak mudah dipahami dan hal itu
harus dikritik secara objektif oleh kritikus sastra. Selain itu kritik sastra
juga berfungsi untuk meluruskan kekeliruan yang ada di dalamnya baik dalam segi
kaidah-kaidah bahasa, logika, moral, teori sastra dan estetikanya sehingga
dapat membantu sastrawan pemula dalam meningkatkan karya sastranya sehingga
menjadi sastrawan besar.
No comments:
Post a Comment
Thank You ^_^